Koar-koar ke Media Kanada, Pimpinan OPM Benny Wenda: Kami Tetap Jaga Perdamaian Tapi Indonesia Selalu Melakukan Kekerasan di Papua

Sabtu, 24 Agustus 2019 | 18:34
Tangkapan layar Twitter @NatashaFatah

Wawancara Benny Wenda dengan CBC News

Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade

Gridhot.ID - Isu rasisme yang belakangan ini dikabarkan terjadi di daerah Jawa Timur dan menimpa masyarakat Papua memicu tragedi yang berujung pada aksi kerusuhan.

Isu rasisme tersebut tersebar melalui media sosial dan membuat masyarakat Papua tersinggung.

Aksi massa dan mahasiswa pun terjadi di sejumlah daerah di Indonesia.

Baca Juga: Heboh! Penemuan Ular Berkaki Empat di Sulawesi Selatan Dikaitkan dengan Tanda Kiamat Sudah Dekat, Ini Tanggapan Sang Master Reptil Panji Petualang

Demonstrasi pun juga pecah di beberapa kota di Papua dan berujung dengan kerusuhan.

Kerusuhan ini ternyata tak hanya disoroti media di Indoneisa, melainkan juga media Internasional.

Salah satu media Kanada CBC News, belakangan telah melakukan pembicaraan langsung dengan sosok pemimpin OPM Benny Wenda.

Baca Juga: Terekam Kamera, Oknum Mayor TNI yang Ucapkan Kata-kata Rasis di Depan Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya Nasibnya di Ujung Tanduk, Peradilan Militer dan Pencopotan Jabatan Menanti Dirinya

Dalam kesempatan itu, presenter CBC News Natasha Fatah menanyakan seputar isu rasisme yang berujung kerusuhan di papua.

Hasil video wawancaranya itu pun di unggahnya melalui akun Twitter pribadinya @NatashaFatah.

"Seorang pengunjuk rasa tewas di Papua Barat setelah seminggu kerusuhan untuk memerdekakan papua dari Indonesia. Banyak orang di Papua Barat mengatakan bahwa mereka adalah masyarakat yang berbeda, dan tunduk pada rasisme dan diskriminasi konstan.

Saya berbicara dengan pemimpin kemerdekaan Papua Barat @BennyWenda," tulisnya dalam Twitter.

Baca Juga: Kisah Inspiratif Wing Chin Bupati Banjarnegara, Penuh Perhatian di Rumah Dinasnya Rawat Orang Gangguan Jiwa yang Suka Bakar Bangunan, Kehidupannya Berhasil Diubah 180 Derajat

KONTRIBUTOR KOMPAS TV/ BUDY SETIAWAN
KONTRIBUTOR KOMPAS TV/ BUDY SETIAWAN

Cerita Parnadi, Pemilik Fotokopian yang Berhasil Kabur dari Kerusuhan Manokwari Usai Berdesakan Sembunyi di Toilet Toko Selama 3 Jam

Demikian Isi wawancara Benny Wenda dengan presenter CBC News.

"Mungkin ini adalah pertama kali selama 50 tahun terakhir tak ada seorang pun disini yang menyerukan masalah kemerdekaan padahal kami sudah membuat referendum kemerdekaan Papua dari Indonesia.

Sebab media-media di Indonesia mengabarkan pemerintahan Indonesia mengeluarkan sebuah amnesti, disinilah permulaan dimana orang Papua ingin memperoleh kemerdekaan dari Indonesia," buka Benny Wenda.

Baca Juga: Pasang Foto Pose Tegap Gunakan Seragam Militer Bersama Pacar di Facebook, Deka Tentara Gadungan Asal Medan Berhasil Diamankan, Kedoknya Terbongkar karena Suka Gonta-ganti Pangkat

"Kenapa Papua harus berdiri sendiri dari Indonesia?" tanya Natasha.

"Papua adalah daerah kekuasaan Belanda dan pada tahun 1963 Indonesia secara ilegal berusaha menguasai namun hingga sekarang sebanyak 500.000 warga Papua terbunuh.

Itulah yang membuat kami ingin memperoleh kemerdekaan sendiri.

Selain itu orang Indonesia juga menganggap kami berbeda secara bahasa, daerah, dan budaya kami tidak sesuai.

Baca Juga: Eman, Remaja Belasan Tahun dengan Tinggi Badan 2.6 Meter Kalahkan Tinggi Atlet NBA, Keluar Masuk Rumah Harus Menunduk Hingga Kusen Pintu Terpaksa Dibongkar

Sementara kami sangat sama dengan orang-orang di daerah pasifik.

Kami bisa mengalahkan Indonesia 10 hingga 20 tahun mendatang, sementara sekarang kami seperti tak dianggap.

Maka dari itu kami meminta pada pemerintah Indonesia untuk memberikan kebebasan dan kemerdekaan.

Baca Juga: Ini Sosok Pemberi Perintah Aksi Eksekusi ISIS yang Kerap Penggal Kepala Tawanan Sambil Menyiarkan Lewat Internet, Ada Sederet Kebrutalan yang Dilakukannya

Kami ingin meninggalkan Indonesia karena kami merasa tidak aman dan bergabung dengan negara kesatuan di Pasifik." jelas Benny Wenda.

"Lalu siapa yang digambarkan mirip dengan orang Papua?" lanjut Natasha.

"Orang Papua Barat sangat mirip dengan orang di Papua Nugini, Melanesia.

Di bagian Pasifik kami berada di lingkar orang orang Polinesia, Mikronesia dan Melanisia seperti Papua Nugini, Solomon, Fiji dan kepulauan lainnya.

Baca Juga: 4 Fakta Yan Vellia, Istri Didi Kempot yang Jarang Tersorot Kamera, Beda Usia Belasan Tahun dengan Sang Maestro Hingga Sering Jadi Teman Duet Sepanggung Tapi Tak Banyak yang Menyadari Sosoknya

Twitter @BennyWenda
Twitter @BennyWenda

Benny Wenda

Orang-orang Pasifiklah yang mempunyai kesamaan dengan orang Papua," lanjut Benny Wenda.

"Semenjak adanya isu Papua akan melepaskan diri dari Indonesia, anda menggerakkan orang-orang untuk berjuang, apa protes yang anda ajukan?" tanya Natasha kembali.

"Jakarta yang memprotes Papua, ini pertama kalinya dalam sejarah dua hari yang lalu Indonesia meblok internet akses.

Baca Juga: Tega! Sambil Gendong Putrinya, Wanita Ini Nekat Terjun dari Lantai 10 Apartemennya Usai Lempar Sang Putra Terlebih Dahulu, Saat Ditemukan Justru Minta Tetangga Telepon Suami

Namun orang orang tetap berkorban dan tak peduli dengan berita itu.

Saya berbicara dengan seseorang di belakang rumah saya dengan telepon, ia mengatakan tanpa menggunakan internet ia tetap bisa memeriksa dan mengirim pesan serta telepon.

Selain itu beberapa militer Indonesia sudah masuk ke Papua dan kerusuhan semakin menjadi dan banyak yang terluka.

Saya membayangkan hal ini seperti yang terjadi di Timor Timur dahulu banyak juga orang yang terbunuh," jawab Benny Wenda.

Baca Juga: Bocah 12 Tahun di Jepang Nekat Kabur dari Rumah Demi Berhubungan Intim dengan Janda Cantik Kenalannya, Hubungannya Bermula dari Game Mobile Legend

"Lalu bagaimana anda mengantisipasi gerakan selanjutnya yang dilakukan pemerintah yang ada di Jakarta?" lanjut Natasha.

"Kami tetap menjaga perdamaian dan berbicara secara damai, tapi Indonesia selalu membuat kekerasan.

Seperti di Fak-fak, Sorong dan Manokwari, kami berusaha untuk menjaga perdamaian namun Indonesia selalu membawa kekerasan 50 tahun belakangan ini.

Baca Juga: Emak-emak Cium Bendera Merah Putih Hingga Indonesia Raya Berkumandang, Ini 5 Hal Menarik di Tengah Kerusuhan Kabupaten Fakfak Papua Barat

Itulah yang membuat kami selalu membuka jalan damai untuk memulangkan warga kami yang berada di Jakarta ke Papua.

Saya juga secara pribadi sudah menelepon Presiden Jokowi dan saya berkata biarka orang-orang saya bebas, berikan kami kemerdekaan," lanjut Benny Wenda.

"Lalu bagaimana tanggapan anda, anda selama ini tinggal di London sejak 2003 jauh dari rumah, kenapa isu itu muncul lagi sekarang?" pertanyaan penutup dari Natasha.

"Saya selalu kontak dengan orang-orang saya selama 24 jam dan selama 50 tahun terakhir tak ada satu orang yang tau.

Baca Juga: Cerita Langsung ke Panglima TNI Hadi Tjahjanto, Pratu Tommy Bongkar Besaran Gaji Hingga Pacar yang Tetap Setia Walau Ditinggal Tugas

Tentara Indonesia, dan Polisi selalu mendatangi asrama mahasiswa Papua dan berkata "pulang ke rumahmu Papua Barat monyet," menurut saya itu adalah alasan selama 50 tahun terakhir adanya diskriminasi.

Itu adalah tindakan diskriminasi dan rasisme dan sekarang saatnya bagi kita untuk bersatu dan keluar merobohkan tembok diskriminasi.

Saya berpikir itu juga adalah spontanitas orang Papua untuk meminta refrendum," pungkas Benny Wenda.(*)

Tag

Editor : Nicolaus

Sumber Twitter, CBC News